Nama: Kristian Yunando
Npm: 19316009
Kelas: TK 19C
Sejarah Model Waterfall
Model Waterfall ini awalnya ditemukan oleh Winston W. Royce pada tahun 1970 . Dia menulis sebuah artikel ilmiah yang berisi pandangan pribadinya pada pengembangan perangkat lunak . Pada paruh pertama dari artikel, ia membahas sebuah proses yang dia sebut ” megah ” . Dia bahkan menggambar sosok model , dan lain yang menunjukkan mengapa hal itu tidak bekerja ( karena persyaratan selalu berubah ) . Model ini adalah air terjun . Dia menggunakannya sebagai contoh dari proses yang sama sekali tidak bekerja. Di paruh kedua artikel ia menggambarkan proses berulang-ulang bahwa ia dianggap jauh lebih baik .
Nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau model waterfall. Model ini sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai contoh tahap desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement. Berikut gambar model waterfall.

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada metodologi Waterfall
1. Requirement Analysis
Seluruh kebutuhan software harus bisa didapatkan dalam fase ini, termasuk didalamnya kegunaan software yang diharapkan pengguna dan batasan software. Informasi ini biasanya dapat diperoleh melalui wawancara, survey atau diskusi. Informasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan dokumentasi kebutuhan pengguna untuk digunakan pada tahap selanjutnya.
2. System Design
Tahap ini dilakukan sebelum melakukan coding. Tahap ini bertujuan untuk memberikan gambaran apa yang seharusnya dikerjakan dan bagaimana tampilannya. Tahap ini membantu dalam menspesifikasikan kebutuhan hardware dan sistem serta mendefinisikan arsitektur sistem secara keseluruhan.
3. Implementation
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman. Pembuatan software dipecah menjadi modul-modul kecil yang nantinya akan digabungkan dalam tahap berikutnya. Selain itu dalam tahap ini juga dilakukan pemeriksaaan terhadap modul yang dibuat, apakah sudah memenuhi fungsi yang diinginkan atau belum.
4. Integration & Testing
Di tahap ini dilakukan penggabungan modul-modul yang sudah dibuat dan dilakukan pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah software yang dibuat telah sesuai dengan desainnya dan masih terdapat kesalahan atau tidak.
5. Operation & Maintenance
Ini merupakan tahap terakhir dalam model waterfall. Software yang sudah jadi dijalankan serta dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru.
Kelebihan Waterfall
· Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan tertentu.
· Document pengembangan system sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen tertentu.
· Metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu, metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui dengan baik.
Kelemahan Waterfall
· Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk.
· Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak awal pengembangan yang berakibat pada tahapan selanjutnya.
· Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak dapat mengakomodasi ketidak pastian pada saat awal pengembangan.
· Pelanggan harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan dimulai ketika tahap desain sudah selesai. Sedangkan pada tahap sebelum desain bisa memakan waktu yang lama.
· Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada teori. Iterasi sering terjadi menyebabkan masalah baru.
Contoh studi kasus:
Puskesmas sebagai salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan
baik. Diantaranya adalah rekam medis pasien di Puskesmas Mranggen I masih
menggunakan sistem manual, sehingga menyebabkan beberapa kendala diantaranya
pengolahan data pasien yang masih lambat yang mengakibatkan tingginya tingkat
kesalahan dalam pengolahan data pasien. Sistem rekam medis ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan jenis studi kasus pada Puskesmas Mranggen
I, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
studi literature. Teknik analisis data menggunakan model incremental yang
dikembangkan dari model waterfall, sedangkan model analisis menggunakan
analisis terstruktur yaitu ERD (Entity Relationship Diagram) dalam
menggambarkan model data dan DFD (Data Flow Diagram) untuk mengembangkan model
fungsional.Perangkat pembangun adalah Borland Delphi 7 dengan database MySQL.
Data yang diproses yaitu pendaftaran, rekam medis, rujukan, laboratorium
sedangkan keluaran dari system berupa laporan-laporan.
Referensi
Komentar
Posting Komentar